Senin, 13 September 2010

Pulau Weh - Surga di ujung barat Indonesia

"dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau .. sambung menyambung menjadi satu .. itulah Indonesia"

Siapa tidak kenal bait lagu diatas, dari anak SD sampai orang tua di Indonesia ini pasti kenal dengan lagu tersebut dan pasti hafal. tetapi siapa yang tahu Kota Merauke? atau Kota Sabang? ternyata masih banyak yang belum tahu. Saya punya pengalaman buruk, memesan barang dari Bandung, minta dikirim ke Sabang, eh malah nyasar ke Subang, pemilik toko pesanan saya tidak tahu dimana itu Sabang, dia pikir saya salah tulis di email. Karena itulah saya tergerak menceritakan tentang Kota Sabang di Pulau Weh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


Geo-Ekonomi
Pulau Weh adalah suatu pulau vulkanik kecil di barat laut pulau Sumatera, merupakan pulau berpenghuni paling ujung di barat Indonesia. Kota Sabang yang berada di pulau Weh merupakan kota paling ujung barat di Indonesia.Brbatasan langsung dengan pulau penang di Malaysia, Thailand dan kepulauan Nicobar di India.

Jarak pulau Weh dari pulau Sumatera hanya 15 km saja dengan luas wilayah 153,6 km². Pulau ini sangat indah, keindahan alam pulau ini terletak di wilayah bahari yang mengelilinginya. Terdapat 4 buah pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau Weh yaitu pulau Klah, Rondo, Seulako dan Rubiah. Setiap pulau memiliki corak keindahan tersendiri yang eksotis, tetapi pulau Rubiah-lah yang memiliki keindahan bawah laut paling terkenal hingga ke mancanegara.


Dulu perekonomian Pulau Weh sebagian besar didominasi oleh pertanian. Hasil utamanya adalah cengkeh dan kelapa namun pertanian cengkeh hancur pada era BPPC tahun 80-90an. Akhirnya masyarakat beralih ke nelayan dan perikanan walaupun masih ada yang menekuni pertanian dan peternakan sapi potong. Pada awalnya para nelayan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pukat dan bahan peledak yang berakibat rusaknya ekosistem laut di sekitar pulau Weh. Karena itu semenjak tahun 1982, suaka alam dibentuk oleh pemerintah Indonesia yang termasuk 34 km² di daratan dan 26 km² di sekitar lautan. Masyarakat memperoleh 2 manfaat dari konservasi ini, hasil laut yang melimpah dan keindahan alam bahwah laut yang dipasarkan sebagai potensi wisata bahari.

Kota utama di pulau ini adalah kota Sabang. Pelabuhan Balohan adalah pelabuhan kapal feri yang bertugas sebagai penghubung antara pulau Weh dan kota Banda Aceh di daratan Sumatra. Sabang merupakan dermaga penting semenjak akhir abad ke-19, karena kota ini merupakan pintu masuk ke selat Malaka.

Sejarah
SS Sumatera berlabuh di Kota Sabang 1895

Sebelum terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dicapai melalui Selat Sunda dari arah Benua Afrika, namun setelah terusan Suez dibuka maka jalur ke Indonesia menjadi lebih pendek yaitu melalui Selat Malaka. Karena kealamian pelabuhan dengan perairan yang dalam dan terlindungi alam dengan baik, pemerintah Hindia Belanda pada saat itu memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga. Pulau Weh dan kota Sabang sebelum Perang Dunia II adalah pelabuhan terpenting di selat Malaka, jauh lebih penting dibandingkan Temasek (sekarang Singapura). Dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881.

Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh. Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, tetapi kemudian juga mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor dari Sumatra bagian utara. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah Vrij Haven dan dikelola oleh Sabang Maatschaappij.

Saat ini setiap tahunnya, 50.000 kapal melewati Selat Malaka sehingga pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyatakan Sabang sebagai Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk mendapatkan keuntungan dengan mendirikan pelabuhan Sabang  tersebut sebagai pusat logistik untuk kapal luar negeri yang melewati Malaka. Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang dan fasilitas untuk mengisi bahan bakar sedang dikembangkan.

Wisata di Sabang
Pulau Weh juga terkenal dengan ekoturismenya. Menyelam, mendaki gunung berapi dan resor pantai adalah daya tarik utama dari pulau ini.  Pemandangan alamnya yang indah dan iklim yang cerah sangat cocok bagi penggemar petualangan di alam bebas. Bisa dikatakan pulau Weh ini memiliki segala bentuk keindahan alam. Tujuan wisata yang paling sering dikunjungi diantaranya tugu NOL KM, pantai Gapang, pantai Anoi Itam, kawah dan sumber air panas Jaboi serta obyek yang paling terkenal adalah desa kecil Iboih, yang dikenal sebagai lokasi penyelaman di bawah laut. Beberapa meter dari Iboih terdapat pulau Rubiah yang terkenal keindahan dengan terumbu karangnya. Pemandangan sunset dan sunrise pun sangat eksotis, karena pulau ini menghadap langsung ke samudra India maka sejauh mata memandang ke arah laut akan terlihat garis cakrawala yg lurus tanpa terhalangi oleh perbukitan atau pegunungan. Pada saat sunrise, matahari terlihat muncul dari permukaan laut demikian pula pada saat sunset akan terlihat tenggelam ke laut.


 Transportasi menuju Pulau Weh
Untuk mencapai pulau Weh dan kota Sabang dari Jakarta mudah saja, berikut cara untuk mencapai Sabang dari Jakarta :

Dari Soekarno-Hatta Jakarta ke Sultan Iskandar Muda Banda Aceh : naik pesawat udara dengan kisaran Rp 550rb-Rp 750rb. Waktu tempuh sekitar 4 jam. Sebenarnya di Pulau Weh terdapat lapangan terbang yaitu Bandara Maimun Saleh. Pada masa Darurat Militer di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam bandara ini ditutup karena tidak terjaminnya keamanan akibat pemberontakan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Pasca perjanjian damai Helsinki tahun 2005 Darurat Militer dihentikan namun bandara Sabang tidak mengalami kemajuan hingga saat ini. Walaupun demikian lapangan terbang Maimun Saleh masih melayani penerbangan tidak terjadwal, saat ini lapangan terbang Maimun Saleh dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara. JIka datang secara rombongan dapat mencharter pesawat dari Jakarta atau Medan langsung ke Sabang dan mendarat di Maimun Saleh. Operator yang melayani penerbangan charter ke Sabang langsung diantaranya Susi Air dan MAV.

Dari bandara Sultan Iskandar Muda ke pelabuhan Uleleu : naik ojek atau becak bermotor Rp 30rb-Rp 50rb atau naik taksi ompreng Rp 70rb-Rp 90rb. Waktu tempuh sekitar 1 jam. Wisatawan harus pintar tawar menawar karena para pengemudi bisa membedakan antara warga asli, pendatang menetap dan wisatawan yang baru datang di Aceh. Pada wisatawan yang baru datang, mereka akan menetapkan harga setinggi-tingginya.

Kapal Cepat Express Bahari
Dari pelabuhan Uleleu Banda Aceh ke pelabuhan Balohan Sabang : naik kapal cepat Express Bahari atau Pulau Rondo Rp 60rb (bisnis) atau Rp 85rb (VIP) dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Jika wisatawan membawa kendaraan bermotor bisa menggunakan kapal lambat KMP Simeluleu atau KMP BRR dengan harga Rp 135rb untuk 1 mobil dan Rp 75rb untuk 1 sepeda motor dengan waktu tempuh 2,5 jam. Masalah waktu tempuh antara kapal lambat dan kapal cepat sebenarnya bukan persoalan, jika ingin tsegera tiba di Sabang silahkan gunakan kapal cepat tapi jika ingin melihat-lihat pemandangan di laut silahkan gunakan kapal lambat, semua sama-sama mengasyikan.

Perlu diperhatikan jadwal keberangkatan kapal ferry biasanya 2 kali per hari. Kapal cepat berangkat pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB setiap hari. Sedangkan kapal lambat berangkat jam 08.00 WIB dan 17.00 WIB khusus Sabtu dan Minggu, sedangkan hari kerja hanya berangkan 1 kali per hari pada pukul 14.00 WIB. Jika wisatawan datang tiba di Banda Aceh diatas jam 17.00 sebaiknya menginap dulu di Banda Aceh baru menyeberang ke Sabang besok paginya. Di Banda Aceh banyak ditemui guest house atau penginapan murah (seperti hotel kelas melati di Jakarta) dengan rate berkisar Rp 150rb-Rp 250rb.

Setiba di Balohan ke kota Sabang : menggunakan taksi (Toyota Kijang atau L-300) dengan rate Rp 15rb per orang, hanya 10-15 menit diantar hingga penginapan yang diinginkan di pusat kota Sabang. Jika wisatawan ingin langsung menuju desa Iboih sekitar Rp 35rb dengan waktu tempuh setengah jam.

Penginapan
Penginapan di kota Sabang mudah ditemukan karena memang pariwisata menjadi andalan utama pendapatan asli daerah kota Sabang. Guest House yang berada di kota Sabang diantaranya Kartika, Nagoya, Sabang Inn, Wisma Dirgantara, Wisma Putri Salju dan Sabang Guest House, rate berkisar antara Rp 150rb sampai Rp 450rb tergantung fasilitas. Dari kota Sabang menuju semua lokasi wisata tidak terlalu jauh, paling jauh adalah ke tugu nol KM sekitar 29 km dari pusat kota Sabang, dapat ditempuh maksimal 2 jam perjalanan.

Tapi jika wisatawan ingin langsung menginap on spot di lokasi wisata, banyak hotel murah di sekitar tempat wisata, banyak yang menawarkan penginapan murah baik berupa hotel atau cottage, seperti :

Penginapan Santay Sumur Tiga di pantai Sumur Tiga, berupa cottage yang eksotis tepat menghadap pantai Sumur Tiga. Penginapan ini dikelola oleh Freddy seorang ekspatriat dari Afrika Selatan tapi sudah lama tinggal di Aceh dan sudah fasih berbahasa Indonesia. Rate di Santay Sumur Tiga Rp 250rb termasuk sarapan untuk 2 orang. Selain itu di Sumur Tiga terdapat penginapan lain yaitu Cassanemo, tepat bersebelahan dengan Santay Sumur Tiga. Ratenya kurang lebih sama.
Di kawasan wisata pantai Gapang banyak juga terdapat penginapan dengan rate sekitar Rp 150rb-Rp 450rb.

Di kawasan wisata desa Iboih yg menjadi pusat wisata pulau Weh banyak terdapat penginapan dengan rate sangat murah sehingga disukai para Backpacker dari mancanegara. Dengan rate mulai Rp 80rb saja cottage di Iboih menjadi pilihan favorit turis mancanegara dengan modal minim. Tapi satu penginapan yang paling digemari di Iboih adalah Iboih Inn yang menghadap langsung ke pulau Rubiah, berarti langsung menghadap ke lokasi penyelaman namun ratenya agak mahal yaitu mulai Rp 250rb.

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails